Kamis, 15 Desember 2016






Ibu adalah orang yang melahirkan kita ke dunia ini. Ibu mengasuh dan mendidik kita sejak kecil hingga bahkan dewasa dengan penuh kasih sayang dan kerja keras. Menurut saya kasih ibu tiada batasnya dan tidak dapat dicari gantinya.
 Ibu saya bernama Saroh. Beliau lahir di kota Tangerang Selatan sama dengan tempat kelahiran saya, tepatnya tanggal 10 Juli 1962. Usianya kini menginjak 55 tahun. Beliau dulu adalah seorang anak perempuan yang lahir di tengah-tengah kehidupan yang serba sederhana atau bisa dibilang kehidupan yang sulit. Ayah dan ibunya adalah seorang buruh tani. Tidak banyak yang special di kehidupan beliau melainkan hanya membantu orang tuanya tanpa sempat mengenal pendidikan.
Beliau memiliki paras yang cantik sehingga pada suatu ketika, di pertemukanlah beliau dengan seorang pria yang tidak lain adalah bapak saya yang bernama arsin. Ibu menikah di usia muda, yaitu 17 tahun, sedangkan bapak saya pada saat itu berusia 24 tahun. Kehidupan Ibu dan Bapak pun terbilang sederhana, dengan Bapak sebagai pedagang kaki lima dan Ibu sebagai ibu rumah tangga. Kehidupan Ibu dan Bapak semakin lengkap dengang memiliki 5 orang anak, 2 orang wanita dan 3 orang laki-laki dan saya adalah anak terakhir dari dari kelima bersaudara. Pada waktu itu Ibu dan Ayah memutuskan untuk membangun usaha dagang yaitu membuka warung sembako. Dan alhamdulillah pada saat itu ibu dan ayah bisa membangun rumah yang megah yg sampai saat ini kami tempati.
Beliau adalah sosok yang sangat inspiratif , khususnya bagi saya. Beliau tidak pernah mengeluh sekalipun cobaan berat menimpanya. Banyak yang bahkan sampai mengakhiri hidupnya ketika tidak sanggup lagi menanggung hidup yang mungkin bisa terbilang begitu pedih. Tapi beliau, meskipun dilahirkan dengan latar belakang yang sama sekali tidak mengenyam pendidikan, rupanya tidak lantas membuat Ibu terbentuk sebagai orang yang tidak mengerti arti kehidupan yang sebenarnya.
Saya belajar banyak dari beliau, bahwa hidup bukan melulu soal siapa kita dan apa saja yang sudah kita dapatkan. Namun hidup adalah pengabdian, seperti seorang anak kepada orang tua , seorang istri kepada suami , itu semua beliau lakukan tanpa mengharap balasan apapun dan hanya mengharap hidup yang bahagia dan tenteram. 
           Kehidupan yang mewah bukan selalu jaminan, namun kehidupan sederhana dengan tekad dan ketegaran dari dalam diri kita untuk menghadapi setiap cobaan lah yang membuat kita akan lebih bahagia dibanding kehidupan yang bergelimang harta sekalipun, ditemani dengan orang-orang yang juga bahagia berada di sekitar kita. 
           Seperti itu lah yang saya pelajari dari sosok beliau, Ibu saya. Saya bangga dengan beliau , beliau adalah suatu cerminan bahwa begitu tingginya nilai kehidupan kita, ketika bisa dengan kuat menghadapi masalah demi masalah , ketika masih mampu berbagi kebahagiaan sekalipun kita berpura-pura bahagia di depan orang lain dengan menahan kesedihan yang ada dalam diri kita , sehingga kita tetap dapat melihat senyum di raut wajah orang-orang yang kita kasihi.

Sekian dan Terima Kasih
Wassalam ... :)